Bijak, Begini Tanggapan Buya Yahya Tentang Pembakaran Bendera Tauhid

 

RELIGI, jurnalisbengkulu.com – Menanggapi tentang pembakaran bendera Tauhid oleh salah satu Ormas di Indonesia, Yahya Zainul Ma’arif atau akrab disapa Buya Yahya memberikan tanggapan bijak saat memberikan ceramah di pondok pesantren Al-Bahjah.

Menurut Buya Yahya, setiap orang yang menolak Tauhid maka otomatis telah keluar dari Islam, tetapi disaat Kalimat Tauhid menjadi bendera sebuah kelompok hal ini akan berbeda.

“Anda menolak kalimat Tauhid, anda kafir. Cuman disaat menjadi bendera sebuah kelompok ini beda, makanya kita harus adil, jangan sampai tiba tiba orang tidak setuju dengan bendera Tauhid lalu dikatakan kafir menolak Tauhid, jangan begitu dulu. Sebab yang dibakar bukan kalimat Tauhidnya tetapi bendera, karena bendera ada makna dibalik itu semuanya,” terang Buya Yahya.

Lanjut Buya Yahya, sebuah bendera itu menunjukkan kepada siapa yang punya bendera, seperti merah putih adalah bendera Indonesia.

“Bendera merah putih adalah bendera Indonesia, ada kain putih anda injak, ada kain merah anda injak gak ada masalah, tetapi disaat menjadi bendera anda injak, maka itu salah,” tegas Buya Yahya.

Kemudian, terang Buya Yahya, masalah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), “Saya bukan orang Hizbut Tahrir, saya juga tidak ada permusuhan dengan Hizbut Tahrir, berarti masalahnya karena bendera itu milik Hizbut Tahrir bukan masalah kalimat Tauhid,” ujar Buya Yahya.

Diterangkan Buya Yahya, semua muslim itu berkewajiban mengajak kepada syariat Islam dan hendaknya semua kita menegakkan syariat. Tetapi maksud mendirikan Khilafah hendaknya dicermati dulu maksud dan tujuannya.

“Berbicara tentang khilafah, entar dulu, karena presiden sah kok dalam Islam, siapa yang mengatakan kepresidenan itu tidak sah dalam Islam, pemimpinnya muslim atau raja seorang muslim adalah sah dalam tatanan Negara,” jelas Buya Yahya.

Selanjutnya, Buya Yahya, memberi nasehat kepada Ormas Barisan Serba Guna (BANSER) pembakar bendera Tauhid saat peringatan Hari Santri Nasional di Garut, Jawa Barat, Senin (22/10).

“Kembali kepada bagaimana diadakan Banser itu, untuk menjaga Negeri dan Agama, maka Banser harus kembali kepada dua fungsi ini, kami berharap besar kepada Banser sebagai pemuda Nahdatul Ulama dibarisan paling depan menjaga Kesatuan Republik Indonesia dan juga dibarisan paling depan disaat melihat penoda penodaan terhadap Islam, itu kalau anda Banser, kalau ada orang mencaci Nabi Muhammad Banser harus berdiri nomor satu, ada orang mencaci Al-Quran Banser juga harus berdiri nomor satu, ini baru bener,” papar pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah tersebut.

Buya Yahya juga memperingatkan Banser, untuk membedakan yang mana lawan dan yang mana kawan di Negara Indonesia ini.

“Kalau kawanmu kamu jadikan lawan, ini bermasalah, begitu juga sebaliknya, jangan sampai hanya bisa acak-acakan, saya tidak mengatakan Banser acak-acakan, ini adalah nasehat untuk adek-adek, kawan-kawan di Banser, bukan Banser saja, tetapi siapa saja yang mengatasnamakan perjuangan,” ucap Buya Yahya.

“Saya mencintai Banser, jangan sampai saya ngomong seperti ini, anda memusuhi saya, wah, salah memilih musuh lagi nanti, lawan anda adalah orang yang menodai kesatuan Republik Indonesia, dan lawan anda adalah orang yang menodai Agama Islam,” tegas Buya dengan suara meninggi.

Terakhir, Buya Yahya mengatakan bahwa untuk mengetahui mana lawan dan mana kawan ukurannya adalah syariat yang dibawa Rasulullah SAW.

“Nasrani, Hindu dan Budha itu bukan musuh, tetapi musuhmu adalah orang orang yang mengganggu Negeri ini dan mengganggu Agama Islam, semoga bisa difahami,” tutup Buya Yahya.(M4)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

1 komentar