Deadline Oh Deadline, Kaulah Teman Sejatiku

“Ya gimana lagi? Otaknya baru jalan pas dah H-jam” dari sepuluh orang yang saya tanyakan, tujuh diantaranya mengaku sering melakukan pekerjaan seperti tugas begitu sudah hampir mendekati detik-detik terakhir batas waktu pengumpulan tugas atau dengan kata lain Deadline.

Sudah sampai dipertengahan malam, suara sayup-sayup random terdengar dikejauhan, sesekali suara teridentifikasi sebagai suara penduduk lagi karaokean yang bisa-bisanya masih ada ditengah malam tidak memperdulikan insan merana yang ingin menyelam didunia ilusi. Atau juga suara cekikikan perempuan dan berubah menjadi isak tangis penderitaan dan sapu ijuk yang menyisiri tanah yang sumpah saya tidak ingin tau itu suara sumbernya dari mana. Dan tidak terkecuali beberapa orang yang masih terpaku diam duduk didepan laptop menyala, mengerjakan tugas atau essay yang sudah diberikan jauh-jauh hari namun baru dikerjakan malam terakhir, ya Deadline.

Deadline adalah salah satu fenomena yang paling banyak kita lihat terutama dikalangan pelajar dan mahasiswa. Mahasiswa pecinta deadline ini sering kali baru melaksanakan tugas ketika sudah mendekati waktu tenggat yang ditentukan. Bagi saya sendiri, hal ini sebenarnya tidak salah juga bukan ilegal hanya saja metode Deadline ini terkesan tidak pantas untuk dilakukan.

Menurut pengamatan pribadi, Deadline sekarang sudah menjadi hal lumrah, bukan hanya sebuah keinginan belaka tapi sudah menjadi pilihan. “Ada tugas, pengumpulan minggu depan. Dosennya bapak A, mata kuliahnya bisalah dikerjain.. dahlah besok-besok aja bikinnya, kelasnya dimulai jam 10. Bisalah ngerjain jam 9” begitulah kira-kira pemikiran para Deadliner sejati. Semua mahasiswa pasti memiliki prioritas yang berbeda-beda, ada yang menganggap kuliah itu wajib dan tugas is number 1. Ada yang menganggap kerja sebagai hal penting dan kuliah dianggap sekedar mendapatkan gelar, ada juga tim Kura-kura atau Kuliah – Rapat alias Organisasi adalah dunianya dan ada sebagian yang mengganggap rebahan dan streaming bias yang baru debut atau Comeback adalah kegiatan yang tidak bisa dilewatkan. Begitupun alasan mahasiswa memilih jalur toxic ini alias memilih Deadline. 

Sebenarnya apa sih yang menyebabkan banyak mahasiswa yang ikut tenggelam dalam jalur kelam nan mencekam alias deadline ini? Beberapa pertanyaan sempat saya tanyakan kepada para Deadliner, apa kira-kira jawaban mereka? Mari kita simak. 

Jawaban pertama, “ ya gimana lagi? Idenya baru muncul jam jam limit pengumpulan” . haha alasan klise, paling biasa. Dimalam hari ketika besoknya tenggat pengumpulan, masih banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas, tapi tetap berakhir ng-scrool Instagram dan Tiktok . besoknya pusing sendiri dan hampir nangis karena tidak paham dan setelah selesai sesi penyesalan barulah muncul cahaya ilahi pemberi inspirasi. Sungguh mindset yang toxic.

Jawaban atau alasan selanjutnya, “tugas? Yang Buk Susan? Ya belum donk, yang lain aja belom, bisalah nanti, udah santai aja sini duduk kita ng-gibah”. Jawaban seperti inilah yang sebenarnya perlu diteliti lebih dalam karena mengandung isi yang mengeksploitasi dan memanipulasi para rekan-rekan mahasiswa kurang iman. Dialog tersebut seakan akan menghipnotis dan membuat kita akan menjadi Deadliner untuk ikut bergabung dan berakhir baru mengerjakan tugas begitu tenggat waktu diingatkan.

Lalu apa lagi selanjutnya? “Enggak tau kenapa ya, tapi kok nilaiku lebih bagus kalau ngerjain tugasnya santai dan kadang gk serius malah sering dapat A. lah kalo ambis, c+ aku dikasih. Oke fiks besok aku santai aja ngejalani hidup”. Ini adalah alasan paling absurd selama sesi Tanya jawab saya. Tapi tidak bisa dipungkiri jika hal ini malah sering terjadi dikehidupan sehari-hari. Mungkin seharusnya para pengajar sadar bahwa cara kerja nya yang seperti berhompimpa ria begitu mengisi nilai yang diajarnya membuat banyak sekali generasi muda yang kreatif dan berbakat menjadi hilang dan patah semangat begitu merasa nilai yang mereka perjuangkan itu sia-sia dan tidak berguna.

Kembali ke Topik. Memilih menjadi seorang Deadliner itu bukanlah hal yang salah karena memang memang tidak melanggar aturan dan bukan termasuk hal yang curang. Akan tetapi, kinerja yang seharusnya kita miliki menjadi tidak terasah dengan baik dan membuat banyak mahasiswa menyia-nyiakan otak kreatif dan cerdasnya. Banyak hal buruk yang akan didapat bila kita memilih metode yang suram namun menggoda ini. Untuk efeknya bisa dicari sendiri di internet, hitung-hitung melatih otak.

Oleh Hadistya Annisa,
Mahasiswi Jurnalistik Semester 4
dari Universitas Bengkulu

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *