Oleh : Dian Artika D1C020076
Baru-baru ini kita digemparkan dengan banyaknya jenis penemuan Artificial Intelligence atau yang biasa kita sebut dengan AI, mulai dari sistem pendidikan, kesehatan bahkan didunia jurnalistik sendiri juga sudah ada.
Beberapa waktu lalu penemuan AI dibidang jurnalistik ini sudah sampai di Indonesia tepatnya di TVOne yang tiba-tiba saja merilis presenter AI pertama mereka. Wah, hal ini tentunya ,membuat semua calon jurnalis ketar-ketir, bagaimana kalau seandainya AI ini akan menggantikan posisi mereka ? Memang benar hal ini adalah sebuah keajaiban tetapi bukankah keajaiban ini menjadi ketakutan bagi kita ?
Perilisan presenter AI TVone pada bulan april lalu menjadi hal yang selalu saya pikirkan berulang-ulang hal ini karena saya adalah seorang mahasiswi jurnalistik yang kemungkinan besar akan menjadi seorang jurnalis. Jika saat ini saja AI sudah bisa menggantikan presenter lantas dimasa depan nanti lowongan pekerjaan apa yang akan bisa saya ambil ?
Inilah yang saya sebut sebagai ketakutan tadi, kira-kira beberapa tahun kedepan bukankah AI ini akan menjadi lebih sempurna dan tenaga robot ini akan digunakan dimana-mana. Memang benar hal ini adalah sebuah inovasi yang tercipta dari pemikiran pemikiran hebat, namun jika pemikiran ini akhirnya memberhentikan sumber rezeki orang lain apakah ini dapat disebut sebagai keajaiban ?
Salah satu ketakutan utama saya adalah potensi kehilangan kontrol manusia terhadap teknologi AI yang semakin cerdas dan otonom. Ketika AI menjadi lebih kompleks dan mampu mengambil keputusan sendiri, ada kekhawatiran bahwa kita mungkin kehilangan kontrol atas apa yang dilakukan oleh sistem tersebut.
Hal ini bisa membawa konsekuensi yang tidak diinginkan dan bahkan membahayakan, terutama jika AI digunakan dalam konteks yang sensitif seperti militer atau keamanan. Selanjutnya, ada juga kekhawatiran tentang penggantian pekerjaan manusia oleh AI.
Perkembangan teknologi AI yang cepat bisa menyebabkan penggantian pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia dengan sistem otomatisasi yang cerdas. Ini dapat berdampak pada tingkat pengangguran yang lebih tinggi dan ketimpangan ekonomi yang lebih besar.
Oleh karena itu, perlu ada perencanaan yang matang dan upaya untuk mengantisipasi perubahan ini dengan melibatkan pelatihan ulang dan pemikiran kreatif tentang jenis pekerjaan baru yang dapat diciptakan dalam era AI. Kekhawatiran lainnya adalah masalah
Etika dan privasi yang terkait dengan penggunaan AI. Pengumpulan dan analisis besar-besaran data pribadi oleh sistem AI menimbulkan pertanyaan tentang privasi dan penggunaan data yang adil. Selain itu, AI dapat mencerminkan bias yang ada dalam data pelatihan, yang dapat menghasilkan diskriminasi yang tidak adil atau pengambilan keputusan yang tidak adil.
Kami perlu memastikan bahwa pengembangan dan penggunaan AI dilakukan dengan memperhatikan etika, transparansi, dan perlindungan privasi. Terakhir, saya juga khawatir tentang kesenjangan digital yang semakin besar. Jika AI hanya tersedia bagi segelintir orang atau perusahaan besar, kesenjangan digital akan semakin memperdalam kesenjangan sosial dan ekonomi.
Kita perlu memastikan bahwa akses dan pemanfaatan teknologi AI merata dan inklusif, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
Namun meskipun ada banyak ketakutan yang hadir, sebagai orang yang sama-sama takut terhadap inovasi ini kita harus tetap berusaha mengambil sisi positif dari keberadaan AI ini. Oleh karena itu, sebagai mahasiswa, kita harus memandang kemajuan AI dengan kritis dan bertanggung jawab.
Kita perlu memastikan bahwa pengembangan AI dilakukan dengan mengutamakan kebaikan dan kesejahteraan manusia. Penting untuk memiliki regulasi yang tepat, pengawasan yang ketat dan diskusi yang terbuka tentang etika dan dampak sosial dari penggunaan teknologi AI.
Dengan pendekatan yang tepat, kemajuan AI dapat menjadi alat yang luar biasa untuk meningkatkan kualitas hidup, efisiensi, dan kemajuan manusia secara keseluruhan. Namun, kita juga harus menghadapi tantangan dan ketakutan yang terkait, serta memastikan bahwa AI digunakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab demi kebaikan bersama.(**)