Sebagaimana disampaikan di bagian pertama perjalanan panjang umroh kali ini. Jamaah berangkat dengan pesawat Qatar Airways. Pukul 14.00 breffing di Bandara Soeta untuk kemudian chek in dan proses izin imigrasi lalu boarding dan terbang Jakarta menuju Jeddah menempuh selama 10 jam.
Sempat beberapa saat transit di Doha Qatar. Setelah itu lanjut sampai di King Abdul Aziz bandara Jeddah. Usai proses imigrasi dan disambut oleh tim holding dan muthowif proses selanjutnya naik bus menuju Thaif menempuh perjalan sejauh 176,3 kilo meter dalam waktu tempuh 2,3 jam.
Bagi saya ini adalah perdana tuor ke Thaif. Kota yang berhawa dingin. Di kiri-kanan jalanan yang lokasinya datar, terdapat hamparan tanaman sayur-sayuran. Hamparan hijauan sementara di atasnya gunung batu cadas menjadi sebuah pemandangan kontras yang menarik. Dengan tanahnya yang subur, Thaif menjadi produsen sayur-mayur, bunga mawar, kebun kurma, delima, hingga anggur.
Selama di Thaif belum ada kegiatan ibadah terkait dengan umroh. Sebab Thaif bukan bagian dari miqat atau start awal memasang niat umroh. Ke Thaif murni bonus untuk jamaah sekaligus napak tilas mengenang Rasulullah pernah berdakwah ke Thaif dan ternyata mendapat penolakan dari masyarakat Thaif hingga dilempari dengan batu dan berdarah. Doa Rasulullah di Thaif.
اللّهُمّ إلَيْك أَشْكُو ضَعْفَ قُوّتِي ، وَقِلّةَ حِيلَتِي ، وَهَوَانِي عَلَى النّاسِ، يَا أَرْحَمَ الرّاحِمِينَ ! أَنْتَ رَبّ الْمُسْتَضْعَفِينَ وَأَنْتَ رَبّي ، إلَى مَنْ تَكِلُنِي ؟ إلَى بَعِيدٍ يَتَجَهّمُنِي ؟ أَمْ إلَى عَدُوّ مَلّكْتَهُ أَمْرِي ؟ إنْ لَمْ يَكُنْ بِك عَلَيّ غَضَبٌ فَلَا أُبَالِي ، وَلَكِنّ عَافِيَتَك هِيَ أَوْسَعُ لِي ، أَعُوذُ بِنُورِ وَجْهِك الّذِي أَشْرَقَتْ لَهُ الظّلُمَاتُ وَصَلُحَ عَلَيْهِ أَمْرُ الدّنْيَا وَالْآخِرَةِ مِنْ أَنْ تُنْزِلَ بِي غَضَبَك أَوْ يَحِلّ عَلَيّ سُخْطُكَ، لَك الْعُتْبَى حَتّى تَرْضَى وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوّةَ إلّا بِك
Allahuma Ya Allah, kepada-Mu aku mengadukan kelemahanku, kekurangan daya upayaku di hadapan manusia. Wahai Tuhan Yang Maharahim, Engkaulah Tuhan orang-orang yang lemah dan Tuhan pelindungku. Kepada siapa hendak Engkau serahkan nasibku? Kepada orang jauhkah yang berwajah muram kepadaku atau kepada musuh yang akan menguasai diriku? Asalkan Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak peduli sebab sungguh luas kenikmatan yang Engkau limpahkan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan karena itu yang membawa kebaikan di dunia dan akhirat dari kemurkaan-Mu dan yang akan Engkau timpakan kepadaku. Kepada Engkaulah aku adukan halku sehingga Engkau ridha kepadaku. Dan, tiada daya upaya melainkan dengan kehendak-Mu.”
Thaif, 0412024
Salam Ujh