Bengkulu, jurnalisbengkulu.com – Event kebudayaan yang dikemas dalam rangkaian acara Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Provinsi Bengkulu. Acara ini menjadi momentum penting untuk merayakan sekaligus memperkuat identitas budaya daerah, dan salah satu sorotan utamanya adalah penampilan Tari Kejei dari Sanggar Benuang Sakti.
Rangkaian acara dibuka secara sakral dengan atraksi Pencak Silat Rejang Pat Petulai—seni bela diri tradisional yang menyimbolkan keberanian, kehormatan, dan kearifan lokal. Pertunjukan silat ini menjadi pengantar yang khidmat sebelum Tari Kejei dibawakan. Gerakan silat yang gagah dan penuh makna memperkuat aura adat dalam pembukaan acara.
Selanjutnya, Sanggar Benuang Sakti mempersembahkan Tari Kejei dengan anggun dan penuh penghayatan. Tarian ini merupakan warisan budaya masyarakat Rejang yang biasa dibawakan dalam upacara adat, khususnya pada pesta pernikahan adat Rejang. Di tangan Sanggar Benuang Sakti, Tari Kejei tampil memukau namun tetap menjaga otentisitas gerak dan nilai filosofisnya.
Sanggar Benuang Sakti, di bawah kepemimpinan Amin Gondrong yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Persilatan Rejang Pat Petulai, telah lama menjadi garda terdepan dalam pelestarian seni budaya Rejang.
“Kami sangat bangga bisa menampilkan budaya asli kami di momentum 100 hari kerja Gubernur. Ini adalah bentuk komitmen kami dalam menjaga warisan leluhur,” ungkap Amin Gondrong usai penampilan, Selasa (20/5/2025).
Penampilan para penari yang mengenakan busana adat Rejang lengkap dengan ornamen khas seperti songket dan subang emas berhasil memikat perhatian penonton. Gerakan mereka yang lemah gemulai namun teratur, menyampaikan pesan-pesan adat tentang kehidupan, kebersamaan, dan penghormatan terhadap alam serta leluhur.

Sebagai penutup, acara dilangsungkan dengan ritual adat Pancung Tebuh, yang melambangkan pemotongan rintangan dan pembukaan jalan bagi hal-hal baik. Ritual ini dilaksanakan secara simbolis oleh Asisten I dan III Provinsi Bengkulu serta Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Rejang Lebong, menandai bahwa budaya adalah pintu menuju masa depan yang berakar pada nilai luhur.
Panitia event menyampaikan bahwa acara ini juga menjadi bagian dari kampanye pelestarian budaya lokal melalui pengakuan WBTB nasional.
“Kita ingin masyarakat melihat bahwa budaya daerah bukan hanya masa lalu, tapi bagian dari identitas masa kini dan masa depan,” ujar salah satu perwakilan panitia.
Partisipasi aktif Sanggar Benuang Sakti dalam event ini menjadi bukti bahwa seni tradisi masih sangat hidup dan berdaya saing. Melalui kolaborasi antara pelaku budaya dan pemerintah, upaya pelestarian dapat terus diperluas dan dikuatkan.
Dengan tampilnya Tari Kejei dan Pencak Silat Rejang Pat Petulai di panggung resmi pemerintah, harapan untuk mengangkat kembali marwah budaya Rejang ke tingkat nasional semakin terbuka lebar. Ini bukan hanya penampilan seni, tetapi pernyataan bahwa budaya adalah roh dari masyarakat yang tak boleh dilupakan.
Reporter: Hendri Gunawan