Hari Kesehatan Jiwa se Dunia : Pentingkah Kesehatan Mental Remaja di Era Digital ?

Oleh : DENIA AMANDA ZAHRA, Fakultas Jurnalistik Universitas Bengkulu (UNIB)

DIPERINGATI Hari Kesehatan Jiwa Sedunia atau World Mental Health Day 2022 di selenggarakan pada tanggal 10 Oktober setiap tahun. Dilansir dari World Health Organization (WHO) tujuan dari peringatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di seluruh dunia serta upaya mengintergrasikan dalam mendukung kesehatan metal diseluruh dunia.

Dilansir dari National Today, Federasi Kesehatan Mental Dunia yang dipimpin oleh wakil sekretaris Jenderal saat itu, Richard Hunter, Hari Kesehatan Mental Dunia dengan tujuan mengedukasi kesehatan mental secara menyeluruh dibuat pada tahun 1992.

Di Era Digital ini, banyak modernisasi dan digitalisasi merambah sektor komunikasi di dalam kehidupan nyata terutama di sosial media. Teknologi yang terus di diperbaharui membuat siapapun bisa membuka dan membuat akun sosial media tanpa ada syarat dan pertimbangan tertentu. Lalu, adakah minimal umur untuk menggunakan media sosial? Jawabannya ada, biasanya peraturan tentang umur tersebut tertuang di situs sosial media tersebut. Namun sayangnya, banyak sekali remaja atau bahkan anak kecil yang memanipulasi umur standar media sosial karena kurangnya arahan serta bimbingan dari orang tua.

Penting sekali untuk mengajak dan membimbing remaja serta anak-anak yang dibawah umur standar agar tidak salah mengambil langkah kedepannya. Banyak sekali penyakit mental yang dialami oleh para pengguna sosial media dikarena kan efek dari sosial media itu sendiri. Karena di sosial media tidak ada batas bagi penggunanya untuk berkomentar dan berbuat apapun, itu yg menjadi faktor utama mengapa banyak sekali para pengguna sosial media yang depresi, gangguan kecemasan atau bahkan terkena gangguan mental.

Jika menghujat, membully adalah ranah dan aktivitas yang biasa dilakukan di sosial media pada era digital ini, lantas tindakan apa yang harus kita lakukan agar para remaja sadar akan pentingnya kesehatan mental diri sendiri dan orang lain?

Yang bisa kita lakukan adalah mengedukasi, memberitahu serta mengkampanye kan bahwa tidak ada yang lebih penting dari kesehatan fisik maupun jiwa kita sendiri. Di era digitalisasi dan modernisasi tentu komunikasi sudah lebih mudah dan efektif yang membuat kita lebih mudah dalam mengedukasi para remaja akan pentingnya dan hal-hal apa yang harus dicegah guna menyelamatkan mental kita dari serangan sosial media secara sadar maupun tidak sadar.

Dimulai dengan membuat informasi yang edukatif dibarengi dengan latar dan akun yang inovatif tentu membuat para remaja memiliki niat untuk membuka informasi di akun sosial media edukasi itu. Karena pada dasarnya para remaja senang dan penasaran dengan apa yang bersifat unik serta berbeda dengan akun-akun lainnya. Selain informasi tentang kesehatan mental, kita bisa memberikan tips and trick untuk bersosial media dengan bijak dan sesuai dengan umur mereka agar tidak ada kesalahan dari konten yang mereka lihat jika nanti nya tidak sesuai dengan umur mereka saat ini.

Dibarengi dengan usaha kita membuat konten serta akun yang informatif, tentu bimbingan dan arahan dari orang tua sangat menjadi faktor utama dalam menyuarakan kesehatan mental bagi para remaja. Sejati nya, orang tua lah yang mengetahui sifat anak dan kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari meskipun para remaja ini sedang ada fase dimana mereka ingin bersosial media sendiri.

Orang tua bisa memberi tahu para remaja hal hal apa saja yang bisa dihindari, dimulai dari menjauhkan sosial media ketika anak sedang belajar, bangun tidur, atau ketika melakukan aktivitas penting lainnya. Sebaiknya bersosial media di beri keterbatasan waktu guna menghindari para remaja ini berlebihan dalam menggunakan sosial medianya.

Selain hal-hal yang disebutkan tadi, poin penting yang dapat dilihat yaitu lingkungan menjadi penyebab bagaimana cara para remaja mengekspresikan serta mencari konten yang ingin mereka lihat disosial media. Normalisasi agar para remaja ini mendapat lingkungan yang saling mengingatkan dan menjaga karena hal tersebut sangat berkaitan dengan bagaimana cara para remaja menggunakan sosial media.

Data pada 10.904, di Inggris anak berusia 14 tahun yang lahir antara tahun 2000 dan 2002 yang memiliki skor gejala depresi yang tinggi berjenis kelamin perempuan. Data ini dilansir dari Centre for Longitudinal Studies yang berjudul Heavy social media use linked to depression in young teens. Hal ini tentu sangat mempengaruhi tingkat intesitas gangguan kesehatan mental, hal yang dialami oleh para remaja biasanya didasari pada insecurities atau kurangnya rasa percaya diri ketika memposting sebuah konten yang pada akhirnya membuat diri gelisah dan merasa kurang nyaman ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Jika terjadi dalam jangka panjang, tidak menutup kemungkinan hal ini membuat para remaja menderita penyakit mental yang lebih dalam lagi.

Untuk itu sebaiknya kita sama-sama bijak dalam menggunakan sosial media agar mengurangi atau bahkan menghilangkan gangguan-gangguan mental yang dialami akibat dari penggunaan sosial media.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *