Bengkulu, jurnalisbengkulu.com – Malam Menjara atau sering disebut malam beruji dol pada tanggal 5-6 Muharram, Keluarga Tabot sakral saling berkunjung ke tiap tiap keluarga Tabot yang ada di kota Bengkulu, kunjungan tersebut di mulai dari wilayah pesisir dari Kampung Bali hingga keluarga Tabot Lempuing. Kunjungan tersebut diiringi dengan sambil menabuh dol di sepanjang jalan.
Tradisi ini rutin dilakukan keluarga Tabot untuk saling berkunjung dari keluarga Tabot satu ke keluarga Tabot lainnya, tujuannya adalah untuk mengenang peringatan malam beruji dol yang artinya kata keluarga Tabot malam peperangan cucu Nabi Muhammad Hasan dan Husen yang berperang melawan orang kafir pada saat itu.
Dimuali dari malam 5 Muharram keluarga Tabot Kampung Bali (Bangsal) dan Bajak, Tengah Padang, Kebun Ros hingga Malabero saling berkunjung ke keluarga Tabot Imam Senggolo, Kampung Batu dan Anggut, kebun Beler, Penurun serta keluarga tabut Lempuing pada malam kelima Muharram tersebut dan keesok harinya malam keenam begitu juga sebalik rombombongan keluarga Imam Senggolo dan keluarga Tabot lainnya juga mengunjungi keluarga Tabot Kampung Bali (Bangsal) dan keluarga Tabot lainnya.
Meski malam menjara atau malam beruji dol itu nampaknya memanas saling pukul dol dengan Irma syori dan atam atam itu bergema pada malam ke lima dan enam, tapi keluarga Tabot saling ramah tamah sesama keluarga Tabot. Artinya pada malam itu adalah malam silaturahhim, sehingga sesama keluarga Tabot saling akrab dan menyatu dan bertemu sambil bercekrama pada malam beruji dol tersebut.
Menurut cerita salah seorang keluarga tabot, Syaipul, malam menjara atau beruji dol ini adalah salah satu malam yang ada historis (bersejarah), karena pada malam menjara adalah malam peperangan cucu Nabi Muhammad (Hasan dan Husein) berperang melawan kafir, hingga gugur dalam melawan orang orang kafir, sehingga pada malam itu juga jasad kedua cucu Nabi Muhammad ini ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa.
“Maka dari itu kami keluarga Tabot mengerti cerita itu, malam menjara atau malam beruji dol dan saling memukul dol sambil berjalan sepanjang jalan menuju keluarga Tabot,” ungkap Syaipul pada malam menjara di lokasi Kamis malam (06/09/2019).
Begitulah cerita singkat dari Syaipul setelah malam lima dan eman. Untuk malam tujuh dan delapan disebut malam arak arak jari keluarga atau Tabot meja sering disebut masyarakat itu berkumpul di lapangan merdeka atau lapang view tower Tempat berkumpulnya Tabot arak arak jari tersebut.
Selanjutnya kata Syaipul, pada malam kesembilan semua keluarga tabut membawa atau berkumpul sambil berarak membawa tabutnya ke lapangan merdeka untuk di sandingkan secara bersama dan itulah disebut malam kesembilan dalam malam Tabut Besanding.
“Besok harinya semua tabut sakral dibawa atau di arak araki sepanjang jalan dari Lapangan merdeka hingga Padang jati (Karabela) untuk di lakukan pembuangan dan sepanjang jalan protokol itu tabut di arak arak sambil memukul dol yang menggema, sehingga masyarakat Provinsi Bengkulu menyaksikan sepanjang jalan protokol dan pembuangannya di Karabela makam Syekh Burhanuddin atau Imam Senggolo sebagai leluhur keluarga tabut tersebut,” Demikiannya.
Penulis : Ferizal Adek