Peluncuran Rendang Goes To Europe di Bali

Mengingat budaya di Indonesia sangat beragam, mulai dari suku, bahasa, adat istiadat, agama, budaya serta makanan khas daerah masing-masing. Dari Sabang sampai Merauke Indonesia kaya oleh semua keberagamannya.

Salah satu makanan khas dari pulau Sumatera yang sangat amat terkenal yaitu rendang. Merupakan kuliner masyarakat dan telah menjadi bagian dari tradisi suku Minang, Padang Sumatera Barat. Sangking lezatnya makanan tersebut, rendang sudah mendunia ke kanca internasional karena kenikmatannya.

Jikalau kita amati mungkin dari 90 dari 100 orang mengetahui makanan yang bernama rendang. Apalagi rumah makan padang yang telah tersebar hampir di seluruh Indonesia, pasti tidak mungkin ada orang yang tidak mengambil rendang untuk melengkapi nasi padangnya bukan? Jika ada, pasti orang tersebut tidak suka makanan dari khas Minang tersebut.

Karena terkenalnya masakan rendang di beberapa Negara, maka dari itu pemerintah membawa rendang ke dalam salah satu progam peluncuran makanan yang ikut masuk ke Wonderful Indonesia.

Peluncuran Rendang Goes to Europe di Bali merupakan sebuah program dari Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf)serta bagian dari Indonesian Spice Up The World (ISUTW). Dan ini menjadi sebuah program yang nantinya diharapkan sebagai peningkatan dan menambah nilaijual rempah-rempah ke luar negri.

Tidak hanya itu, program tersebut bertujuan untuk meningkatkan nilai ekonomi pada sektor parawisata, perdagangan dan investasi melalui industri gastronomi.  Program ini sangat bagus melihat tujuan dari dilakukannya peluncuran produk makanan khas daerah asli Indonesia yang akan lebih dikenal oleh kanca dunia.

Tetapi sayangnya yang menjadi pro kontra dikalangan masyarakat ialah, tempat pelaksanaan dari peluncuran program tersebut. Banyak orang bertanya-tanya kenapa harus di Bali? Kenapa tidak di Sumatra Barat yang memang daerah asal dari rendang?

Hal ini juga membuat sebagian masyarakat minang terutama komunitas perendang yang merasa kecewa, karena mereka tidak ikut berkontribusi atau di gandeng untuk bekerja sama pada peluncuran program tersebut. Siapa yang tidak merasa kecewa jika makanan khas daerah tidak di laksanakan di tempat asalnya?

Adapun alasan yang di sampaikan oleh Sandiaga Uno terhadap di laksanakannya peluncuran program tersebut di Bali karena, mengingat Bali menjadi tempat yang sering di datangi turis dan juga sebagai simbol pariwisata yang paling popular.

Selain itu, beberapa ajang internasional akan diadakan di Pulau Dewata tahun ini, seperti World Tourism Day dan Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20. Dan Sandiaga memastikan meskipun peluncurannya di Bali, pemerintah akan menggaetkan pelaku ekonomi kreatif Sumatra Barat untuk menyiapkan rantai pasok mulai dari bumbu, kemasan, dan santan.

Pemerintah menargetkan ekspor bumbu dan rendang mencapai US$ 2 miliar atau setara dengan Rp 28,72 triliun dihitung menggunakan (kurs Rp 14.360/US$) pada tahun 2024.

Meskipun demikian banyak yang tetap merasa kecewa oleh Menteri Pariwisata yakni Sandiaga Uno, karena mereka berpikir apakah akan membuat malu jika melaksanakan launching atau peluncuran program itu didaerah kelahiran rendang? Atau kurang bergengsi jika dilakukan di Sumatra Barat? Apa komunitas perendang Minang kurang asik di ajak untuk bekerja sama? Itu adalah beberapa pertanyaan yang terlintas dipikiran mereka yang merasa kecewa saat itu.

Jika kiita pandang rendang itu bukan hanya sekedar makanan saja, tetapi mewakili identitas daerah khas serta budaya dari Sumatera Barat. Ditambah jika di laksanakan peluncuran di Provinsi asalnya dan yang akan mendapatkan investasi-investasi dari peluncuran program tersebut adalah pejuang-pejuang lokal yang sedari dulu menjaga dan melestraikan resep budaya masakan asli Provinsi, sehingga impactnya benar-benar untuk warga lokal.

Kekecewaan sebagian masyarakat tersebut hanyalah karena kenapa tidak dilaksanakan di tempat asal daerah makanan tersebut. Sebagian masyarakat sebenarnya sangat senang dan bahagia saat mengetahui jika makanan khas daerah minang akan di perkenalkan ke kanca dunia lebih luas lagi dan membuat rendang semakin dicintai oleh orang-orang diseluruh dunia.

Mungkin masyarakat bisa memaklumi keputusan pemerintah atas pemilihan lokasi peluncuran program tersebut. Dan sebaiknya pemerintah juga mengajak para komunitas perendang untuk berkontribusi agar tidak terjadi kesalah pahaman akan hal tersebut. Tidak mungkin komunitas perendang akan menolak ajakan untuk berkontribusi di program rendang yang mereka geluti sendiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *