Perempuan Ditakdirkan Hanya Untuk Menjadi Pelayan ?

Penulis : Kharisma Rahma Amanda (D1C020056) – Mahasiswi S1 Jurnalistik Universitas Bengkulu.

Dulunya perempuan hanya akan diam dan duduk dirumah sembari melakukan pekerjaan rumah yang saat itu dijadikan sebagai kewajiban. Perempuan hanya boleh berada di dapur dan melayani laki-laki, tidak boleh sekolah dan belajar.

Jika dipikir-pikir kenapa hal itu dilakukan, kenapa hanya laki-laki yang di istimewakan, apakah memang karena kewajiban wanita hanya sebatas itu, atau karena pemikiran bahwa wanita hanya akan menjadi pelayan pria selamanya, bukankah terasa sangat tidak adil bila perempuan tidak diberikan kesempatan untuk meraih mimpinya? Saya menjadi bertanya-tanya, orang egois mana yang menjadi pencetus bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena hanya akan berakhir di penggorengan?

Perempuan, adalah sosok yang sering dikatakan lemah oleh beberapa orang yang merasa paling kuat, sosok yang dianggap tidak perlu memiliki pendidikan yang tinggi karena hanya akan berakhir sebagai tukang masak di dapur. Stigma-stigma kolot yang masih melekat dibeberapa pemikiran masyarakat yang menganggap perempuan masih menjadi bawahan, namun tanpa disangka sudah banyak saat ini kartini-kartini muda yang mulai menunjukkan taringnya.

Sosok yang dikenal hanya menjadi tukang masak menjadi pemimpin rapat, bahkan lebih daripada itu. Perempuan yang tadinya lugu, menjadi si paling tahu.

Perempuan bukanlah sebatas pemeran kedua setelah pria, tetapi lebih dari itu. Perempuan juga mampu menjadi seorang pemimpin, perempuan juga bisa mencapai mimpinya untuk memiliki pendidikan yang tinggi, perempuan bisa melakukan apapun yang dia inginkan.

Dengan perjuangan R.A Kartini yang rela berseteru demi menyelamatkan martabat seorang wanita, wanita juga bisa mendapatkan pendidikan yang sama dengan pria. Sebagai kartini muda mari kita tunjukkan seberapa berharganya kita, mari kita tunjukkan bahwa nilai dari seorang perempuan itu adalah mutlak.

Aku, kamu , kita dan semua perempuan adalah kartini muda itu, darimanapun latar belakang kita, seberapa banyak pun perbedaan yang kita miliki, perempuan tetaplah perempuan sosok yang akan berharga bila kita dapat membuktikan seberapa besar nilai kita. Ketika memiliki pendidikan yang tinggi dan etika yang baik, tidak seorangpun laki-laki yang akan mampu untuk merendahkan kita.

Kita akan bisa melawan dan mematahkan stigma bahwa wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi. Menjadi seorang perempuan yang berada di era emansipasi menjadi keuntungan yang harus kita syukuri dan banggakan, karena dengan begitu kita bisa memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki, kita bisa melakukan pekerjaan yang juga dilakukan oleh laki-laki, kita juga bisa menjadi seorang pemenang.

Untuk wanita-wanita diluar sana yang mungkin masih memiliki pemikiran yang beranggapan bahwa tidak perlu melampui laki-laki, tidak perlu berpendidikan tinggi mari kita ubah pola pikir yang seperti itu, kita boleh berpendidikan tinggi, kita juga boleh menyaingi laki-laki , tetapi dengan masih menghormati laki-laki sebagai sosok yang menjadi pendamping hidup seorang wanita.

Untuk wanita-wanita yang memiliki pola pikir bahwa kita tidak akan mampu seperti mereka, kita tidak memiliki hal untuk dibanggakan, No!!. Wake up girl, show your worth. Kita perempuan adalah sosok yang hebat, kita semua mampu untuk melakukan hal yang sama meskipun dengan cara yang berbeda, kita memiliki nilai, kita memiliki karakter, kita memiliki hal untuk dibanggakan, karena menjadi seorang perempuan pun adalah sebuah hal yang membanggakan mengingat bahwa semenjak lahir perempuan adalah sosok yang istimewa.

Mari kita mulai dari kita terlebih dahulu, mempercayai diri sendiri bahwa diri mampu untuk melakukannya mungkin menjadi langkah awal yang bisa kita ambil.

Di zaman yang bisa dikatakan sangat canggih ini apakah kita masih mau tetap ingin ketinggalan? Saya tentu tidak mau, ada banyak peluang dihadapan kita dan ketika kita berani untuk melangkahkan satu kaki kita, pasti akan ada yang menemani kita berlari.

Dan sebagai perempuan yang berpendidikan kita sesama perempuan harus mampu saling menghargai satu sama lain, ada banyak kasus yang saya temui di internet bahwa ternyata sesame perempuanpun masih ada yang saling menjatuhkan.

Ayolah mau sampai kapan kita tetap berada di zona nyaman? Mau sampai kapan kita akan menyerah dengan keadaan? Mau sampai kapan perempuan hanya dicap sebagai pelayan? Jika bukan kita sebagai perempuan yang membanggakan kaum kita, lantas siapa lagi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *