Makin banyak masjid makin banyak pilihan bagi jamaah. Ada masjid dengan kenyamanan full AC, karpet tebal dan nyaman. Toilet dan tempat wudlu bersih tapi tidak punya fasilitas parkir. Ada juga masjid dengan fasilitas parkir yang luas tapi jamaah harus bawa sajadah masing-masing karena masjid sudah dengan lantai marmer tidak ada sajadah panjang. Pun pernah kita temui masjid dengan toilet dan tempat wudlu yang nyaman, tempat parkir yang luas dan ruangan masjid yang nyaman.
Disamping hal di atas pengurus masjid juga harus memperhatikan sound system masjid. Sebab para khatib amat sangat tidak nyaman menyampaikan khutbah jika micropon atau sound system masjidnya bermasalah.
Hal lainnya adalah transportasi khatib. Ada masjid yang memberlakukan jika khatibnya adalah jamaah masjid atau warga sekitar masjid maka tidak diberikan transpirtasi dengan alasan jamaah sendiri. Jika khatib dari luar diberikan transportasi. Padahal tidak sedikit yang khatib dari jamaah sendiri lebih bagus dari khatib yang dari luar. Transportasi khatib bukan semata-mata tujuan tetapi penghargaan atas ilmu seseorang. Jika kas masjid minus tentu tak masalah tidak diberikan transportasi tetapi tertera di papan keuangan masjid kas masjid puluhan juta di simpan di bank. Why…?
Syekh Wahbah Az-Zuhayli berikut ini:
أفتى المتأخرون من العلماء بجواز أخذ الأجرة على تعليم القرآن الكريم وعلى وظائف الإمامة والخطابة والأذان وسائر الطاعات من صلاة وصيام وحج وهو حكم خولف فيه ما كان مقررا سابقا بين العلماء ومنهم أئمة الحنفية وغيرهم نظرا لتغير الزمان وانقطاع عطاءات المعلمين والقائمين بالشعائر الدينية من بيت المال. فلو اشتغل بالاكتساب من زراعة أو تجارة أو صناعة لزم ضياع القرآن إهمال تلك الشعائر
Artinya, “Ulama muta’akhirin mengeluarkan fatwa mubah bagi seseorang untuk menerima insentif atas pengajaran Al-Quran, tugas keimaman shalat, tugas khutbah, tugas adzan, dan seluruh aktivitas keagamaan lain seperti shalat puasa, dan haji. Fatwa ini berbeda dengan hukum yang telah ditetapkan di kalangan ulama pada masa lalu seperti ulama Hanafiyah dan madzhab lainnya. Fatwa ini didasarkan pada pertimbangan perubahan zaman dan terhentinya anggaran negara (baitul mal) untuk guru agama dan mereka yang aktif pada syiar-syiar kegamaan dengan asumsi bila mereka sibuk bekerja di bidang pertanian, perdagangan, atau atau perburuhan, maka syiar-syiar keagamaan akan terbengkalai,” (Lihat Syekh Wahbah Az-Zuhaily, Subulul Istifadah minan Nawazil wal Fatawa wal Amalil Fiqhi fit Tathbiqatil Mu‘ashirah, [Damaskus, Darul Maktabi: 2001 M/1421 H], cetakan pertama, hal 23)
Jakarta, 28122023
Salam Ujh