Saat masalah menumpuk, kita tak sanggup lagi buat menahan beban jiwa yang sedemikian rumit biasa kita lapor pada Allah. Kala hutang menggunung, solusi buat membayar buntu. Jangankan untuk melunasi hutang, buat mengangsur saja sangat kesulitan. Biasanya bila sudah begini kita mulai melibatkan Allah dalam penyelesaian hutang kita. Dikala sakit berat, lelah kesana kemari buat berobat. Tipis harapan buat sehat maka, tak ada tempat buat curhat biasanya hanya Allah tempat kita meminta.
Disinilah beda kita dengan para Alim apalagi para wali-wali Allah dalam bermohon kepada Allah. Para alim dan wali-wali Allah kangen kepada Allah baru cerita tentang masalah. Sementara kita ada masalah berat, sakit berat dan musibah yang seakan tak sanggup lagi buat dihadapi kita buru-buru cari dan menghubungi Allah.
Apakah yang demikian tidak boleh? Jawabnya boleh. Tapi secara normal yang demikian agak kurang pantas dan tidak pas. Saat ada, berpunya, hidup bahagia entah Allah dimana dan tak pernah disapa. Namun, saat duka lara, penuh derai air mata baru tanya Allah dimana? Mengapa Allah diam saja? Allah tetap ada dan selalu memperhatikan kita. Mari kita mulai rubah cara kita bersikap kepada Allah. Al Baqarah 186
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran.
Pagar Dewa, 24062024
Salam Ujh