Pesan Harian UJH : Mandiri Lebih Enjoy

Jika kita mengacu ke literatur maka dapat kita simpulkan bahwa yang dikatakan dengan mandiri adalah kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak tergantung kepada orang lain.

Mandiri ini penting agar tidak terikat, luwes dan tidak bergantung pada siapapun. Termasuk kepada suami, isteri, orang tua atau anak. Misalnya dalam berkendaraan. Jika isteri tidak bisa pakai mobil atau motor sendiri. Maka, kemana pun dia akan pergi pasti menunggu sopir. Baik itu suami atau anak. Demikian juga suami. Apabila suami tidak paham akan dapur. Maka, ketika isteri tidak ada di rumah maka akan sangat tergantung pada warung atau kuliner yang ada.

Ketahuilah bahwa kemandirian juga meningkatkan harga diri, memberikan pandangan positif pada diri sendiri. Belajar mandiri menanamkan kepercayaan diri karena kita percaya pada pengetahuan dan kapasitas yang kita miliki untuk menghadapi tantangan apa pun. Sabda Rasulullah SAW
عَنْ أَبِي عُبَيْدٍ، مَوْلَى عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ، أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ، خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا، فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ»
Artinya, dari Abu Ubaid, hamba Abdurrahman bin Auf. Ia mendengar Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Sungguh, pikulan seikat kayu bakar di atas punggung salah seorang kamu (lantas dijual) lebih baik daripada ia meminta-minta kepada orang lain, entah itu diberi atau tidak diberi,’” HR Bukhari.

Pagar Dewa, 19012024
Salam Ujh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *