Analisis Jaringan Sumber Dalam Parenting Anak Berkebutuhan Khusus Di Kota Bengkulu

Bengkulu, jurnalisbengkulu.com- Anak dengan kecacatan (ADK) termasuk kategori anak yang memerlukan perhatian dan perlindungan khusus (children in need of special protection) atau lebih dikenal dengan sebutan Anak Berkebutuhan Khusus. Kecacatan sering mengakibatkan masalah-masalah sosial, seperti penolakan oleh lingkungan sosialnya, kesulitan membina hubungan sosial, dan sikap belas kasihan serta overproteksi dari orang-
orang lain (Ben & Debi, 2005).

Secara umum, kita mengenali hambatan atau tantangan kehidupan ADK terdiri dari factor internal yaitu ada dalam diri ADK, seperti konsep diri, kondisi fisik dan emosional. Factor eksternal yaitu di luar diri ADK, seperti lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan masyarakat. Secara internal, salah satu hambatan yang dialami oleh ADK adalah permasalahan psikologis seperti kecemasan social yang mempengaruhi kemampuan dalam hal sosialisasi dan interaksi dengan lingkungan sekitar atau dalam pergaulan sehari-hari (Bronson & Dave, 2009). Anak yang mengalami cacat tubuh lebih cenderung hidup dalam lingkungannya sendiri, dengan sikap-sikap yang negatif, penuh prasangka dan rendah diri.

Ormrord (200) menyatakan bahwa anak-anak dengan cacat fisik cenderung memiliki tingkat kecemasan tertentu di sekolah ketika:

(a) situasi
dimana keselamatan fisik terancam karena mereka berfikir bahwa dirinya tidak berdaya dengan kecacatan fisik mereka.

(b) situasi yang mengancam harga diri,
misalnya jika seseorang mengucapkan kata-kata yang merendahkan harga diri mereka.

(c) situasi ketika
penampilan fisik mereka dikomentari,
(d) tuntutan kelas yang berlebihan, misalnya anak dengan cacat
fisik diwajibkan mempelajari meteri dalam jangka waktu tertentu.

Sementara Dodds (2000) mengamati bahwa hambatan utama bagi seorang anak yang mengalami kecacatan bukan kecacatannya itu sendiri, melainkan sikap masyarakat terhadap anak penyandang cacat. Menyadari kompleksitas permasalahan yang dialami oleh ADK dalam menjalani kehidupannya, maka kita juga memahami bahwa ADK membutuhkan cara parenting yang lebih spesifik, yang bertujuan agar
anak tetap dapat tumbuh dan berkembang selayaknya anak normal lainnya. Dari sisi pola asuh anak, kata parenting dapat dimaknai sebagai proses membesarkan dan mendukung perkembangan fisik dan
mental yang meliputi aspek emosional, sosial, spiritual dan intelektual anak dari fase bayi hingga dewasa.

Situasi parenting ADK dalam keluarga dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya pengetahuan, keterampilan, dukungan sosial keluarga dan lingkungan, serta kondisi sosial ekonomi keluarga.

Berdasarkan penelitian pendahuluan, diketahui bahwa jangkauan program pelayanan rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan rehabilitasi vokasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat bagi ADK di Kota Bengkulu masih terbatas secara kuantitas maupun kualitas. Situasi ini diperburuk oleh ketidak mampuan sosial ekonomi keluarga sehingga keluarga tidak memiliki banyak alternatif untuk penanganan ADK yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa parenting ADK atau penanganan
kerentanan hidup yang dialami oleh ADK, kususnya di Kota Bengkulu membutuhkan sinegitas bukan saja keluarga ADK saja, tetapi juga pemerintah, masyarakat dan para professional lain, sehingga kegiatan
parenting ADK lebih optimal.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial FISIP Universitas Bengkulu, melalui Tim Peneliti yang diketuai Yessilia Osira S.Sos, MP melakukan pengkajian tentang parenting bagi anak dengan kecacatan di Kota Bengkulu.

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam kerangka pengkajian tersebut adalah:

1) wawancara terhadap keluarga anak dengan kecacatan (ADK) di
Kota Bengkulu.

2) focus group discussion (FGD) dengan keluarga ADK.

3) focus group discussion
(FGD) dengan peserta pihak-pihak yang terkait dengan parenting ADK di Kota Bengkulu.

Kegiatan-kegiatan tersebut berupaya untuk mengkaji sinergitas antar pihak atau stakeholder yang terkait dengan parenting ADK, yang kita sebut dengan analisis jaringan sumber dalam parenting ADK di
Kota Bengkulu. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dalam upaya menjawab beberapa permaslahan, seperti:

1) Bagaimana jenis dan kualitas sumber yang ada dan terlibat dalam kehidupan anak berkebutuhan khusus?

2) Bagaimana aksesibilitas anak berkebutuhan khusus terhadap sumber-sumber?

3) Bagaimana interaksi antar sumber yang terkait dalam parenting anak berkebutuhan khusus?.

Hasil kajian sementara menunjukkan bahwa ADK di Kota Bengkulu mengalami beberapa permaslahan atau kerentanan dalam hidup, diantaranya:

1 Aspek Lingkungan: Anak sering diejek, di bully, mengalami kekerasan fisik oleh teman sebayanya, Anak dijauhi oleh masyarakat.

2) Aspek Pendidikan:
Anak tidak diterima di sekolah umum, dan kalaupun diterima di sekolah khusus tapi tetap ada stigma negative dari masyarakat, Akses transportasi ke sekolah susah dan jauh, yang otomatis perlu orang yang khusus untuk mendampingi, dan ini berarti mengesampingkan kegiatan lain. Kurangnya kemandirian anak untuk melakukan aktiifitas harian (activity daily living) seperti mandi, makan, ganti baju dll.

3) Aspek kesehatan:
Ada kesulitan dalam menjelaskan tentang kesehatan anak kepada Tim Medis, Dalam pengasuhan, anak tidak bisa ditinggal, padahal orang tua harus bekerja, Mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan gizi (makanan).

4) Aspek perumahan:
Kondisi rumah, secara fisik kurang ramah terhadap anak dengan kecacatan.

Dalam kesempatan pelaksanaan Kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan Tim Penelitian bersama stakeholder penanganan anak dengan kecacatan di Kota Bengkulu meliputi, Dinas Sosial, Dinas Pelrindungan Perempuan dan Anak, Autis Center, SLB Negeri, SLB Dharma Wanita, Yayasan Amal Mulia, Forum Satua Bakti Pekerja Sosial, Forum Komunikasi dan Koordinasi Anak dengan Kecacatan (FKKADK), inisiatif zakat indonesia (IZI), Kelompok Belajar Bintang Permata dll, pada Rabu 10 Oktober 2018 di Café Paris Van Java Kota Bengkulu.

Yessilia Osira S.Sos, MP menyatakan Penanganan ADK selama ini sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah, baik oleh pemerintah daerah maupun pemerintah pusat melalui Kementerian Sosial, Kemeterian Perlindungan Perempuan dan Anak, Kementerian Pendidikan Nasional, melalui program-program kerja yang berkaitan dengan penanganan masalah anak dan keluarga seperti Sakti Peksos, Program Keluarga Harapan, Program Pemberdayaan Masayarakat dll.

Penanganan ADK juga sudah dilakukan oleh masyarakat baik oleh tetangga (warga peduli), kelompok belajar, organisasi sosial maupun aktivis masyarakat lain.

Meskipun demikian, penanganan ADK selama ini masih kurang optimal karena keterbatasan-keterbatasan seperti: kurangnya kapasitas sumber daya manusia pelaksana program, keterbatasan sarana-prasarana, keterbatasan anggaran penanganan ADK Mengantisipasi potensi dan keterbatasan tersebut, maka kedepan diperlukan adanya forum lembaga pemberi (penyedia) layanan bagi anak dengan kecacatan (ADK) di Kota Bengkulu.

Forum ini bertujuan mengoptimalkan pelayanan bagi ADK melalui:
a) penyediaan membentuk catalog lembaga penyedia layanan ADK.
b) peningkatan kapasitas sumber daya        manusia penyedia layanan ADK.
c) peningkatan kapasitas lembaga pelayanan ADK.
d) mensinergikan kegiatan pelayanan bagi ADK yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait (Pres Reales). (fzl)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *