Catatan Sejarah di Bengkulu Selatan

  1. Kolonialisme Jepang di Bengkulu Selatan.

Tentara Jepang memasuki daerah Bengkulu Selatan pada tanggal 14 Februari 1942, masih tetap dalam formasi perang, walaupun tidak ada perlawanan sama sekali. Pimpinan pasukan Jepang adalah Komandan Matijo, Matijo dengan pasukan tentaranya yang berjumlah 3 pasukan. setiap pasukan 30 orang, 2 pasukan di Bengkulu Selatan dan 1 pasukan di Kaur tepatnya Kinal. Seluruh pasukan tentara Jepang yang berjumlah 90 orang. pada tahun 1942, di desa Pasar Bawah, lebih dikenal dengan dusun tua. Sejak itu Jepang resmi menguasai Bengkulu Selatan, Jepang mulai melakukan gerakan  keseluruh wilayah Bengkulu Selatan.

Langkah pertama yang dilakukan oleh bala tentara Jepang adalah menguasai kepemerintah Bengkulu Selatan. Disamping itu mereka juga melakuakan pendekatan kepada para pemimpin Kabupaten Bengkulu Selatan. Jepang dengan semboyan Asia untuk bangsa Asia, mengumbar janji bahwa sebagai saudara tua mereka akan bersama-sama memerangi bangsa penjajah dan akan memberikan kemerdekaan dikemudin hari. Ternyata hal ini tidak berlangsung lama karna berikutnya Jepang bertindak luar biasa kejamnya. Penyiksaan, Penghinaan dan kekejaman lainnya berlangsung dengan luar biasa, melebihi kekejaman penjajah sebelumnya

Rakyat dipaksa menyerahkan harta benda dan bahan makanan yang dimilikinya. Kesengsaraan dan kemiskinan merajalela dimana-mana, Janji dan semboyan yang dihembuskan oleh Jepang hanyalah sekedar propaganda belaka. Kesengsaraan dan penderitaan yang dialami masyarakat Bengkulu Selatan melahirkan pemberontakan dan perlawanan dan pemberontakan tersebut dapat dibasmi dengan mudah.

 Masa perlawanan terhadap Jepang Penderitaan yang berkelanjutan ini mulai menyulut perlawanan rakyat Bengkulu Selatan. Pemuda dan kaum cendekiawan mulai menyusun lagkah strategis untuk bebas dari penjajahan ini. Meskipun pengawasan dan penjagaan oleh militer Jepang sangat ketat, masyarakat tetap tidak gentar. Kebiasaan untuk menghormati bangsa Jepang diterapkan di sekolah. Para siswa diajarkan untuk membungkukkan badan menghadap matahari terbit setiap pagi sebagai lambing akan dewa leluhur mereka. Tetapi tidak semua siswa mengikuti ajaran tersebut.Mereka bersembunyi atau berpura-pura sakit untuk menghindari hal tersebut.

Guru juga memegang peranan penting dalam mengadakan perlawanan terhadap Jepang. Guru menggembleng para siswa dengan sungguh-sungguh agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan bisa melakukan perlawanan terhadap bangsa Jepang. Para guru juga menghimbau agar bersungguh-sungguh dalam menyerap pengetahuan sehingga pemuda bisa menguasai peralatan yang dibawa oleh Jepang. Karena situasi mempertahankan kemerdekaan menghendaki pengorbanan seluruh rakyat yang cinta kemerdekaan untuk selalu siap menghadapi ajang-peperangan, maka para guru yang nyatakan memang lebih cepat menanggapi situasi, ikut pula dalam kegiatan masyarakat. Sebagian besar guru muda secara sadar dan langsung melibatkan diri ke dalam usaha pembelaan Negara.bahkan banyak yang langsungbergabung ke dalam badan-badan kemiliteran. Di semua tingkat perjuangan membutuhkan tenaga pimpinan dan untuk mengisi kekurangan tenaga ini kaum guru dimintakan partsipasinya.


2. Sejarah Pendudukan Jepang di Bengkulu Selatan

Awalnya kedatangan bangsa Jepang di Bengkulu Selatan biasa saja, Kolonialisme Jepang berbeda dengan Belanda, pada masa Jepang di Bengkulu Selatan sama halnya dengan seluruh Indonesia. Bagi masyarakat perlakuan yang kasar dengan segala aspek kehidupan baik dari bidang politik, ekonomi, sosial, milliter, pendidikan, kebudayaan maupun agama Berikut masa Kolonialisme Jepang di Bengkulu Selatan . 

a. Bidang Politik

Sejak masuknya kekuasaan Jepang di Bengkulu Selatan organisasi organisasi politik tidak berkembang lagi, bahkan Jepang menghapuskan segala kegiatan organisasi-organisasi baik itu politik maupun yang bersifat sosial, ekonomi dan agama, sehingga kehidupan politik pada masa itu diatur oleh Jepang, walaupun masih ada organisasi yang menentang pendudukan Jepang di Bengkulu Selatan.

b. Bidang Ekonomi

Pendudukan masa Jepang di  Bengkulu Selatan, tidak jauh berbeda dengan wilayah-wilayah lainnya. Kedatangan bangsa Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari rempah-rempah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri mereka. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa di Bengkulu Selatan pada zaman Jepang sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.

Pada masa Jepang banyak masyarakat Bengkulu Selatan, mengalami gejolak ekonomi sangat memprihatinkan karna banyak warga tidak makan dan terjadi busung lapar dimana-mana, kenapa tidak bahan hasil bumi mereka dirampas oleh Jepang tak seorang pun membantah perintah dan ketetapan mereka karena mereka tau kalau memberontak akan di injak-injak bahkan sampai matipun, sehingga semua masyarakat takut dengan Jepang.

c. Bidang Pendidikan

Pada masa pendudukan Jepang di Bengkulu Selatan, kehidupan pendidikan sangat pesat dibandingkan dengan pendudukan Hindia Belanda. Pemerintah Pendudukan Jepang memberikan kesempatan kepada masyarakat Bengkulu Selatan untuk mengikuti prndidikan pada sekolah-sekolah yang dibangun oleh pemerintah. Disamping itu, bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa perantara pada sekolah-sekolah serta penggunaan nama-nama diindonesiakan. Namun tujuan Jepang dalam mengembangkan pendidikan adalah untuk menarik simpati dan mendapatkan bantuan dari masyarakat Bengkulu Selatan dalam menghadapi lawan-lawannya pada Perang Pasifik.

Peranan Jepang dalam dunia pendidikan di Bengkulu Selatan, salah satu bentuk agar muurid disiplin tepat waktu, sopan santun dan patuh terhadap aturan-aturan yang ada, sehingga sistem pendidikan yang dikembangakan oleh Jepang sampai saat ini banyak murid dari didikan Jepang bisa menguasai bahasa Jepang, dengan sangat pasih, sangat berpengaruh dan membawa efek Positif karena bersifat mendidik bagi Masyarakat Bengkulu Selatan.

d. Bidang Kebudayaan

Jepang sebagai negara fasis selalu berusaha menanamkan kebudayaannya. Salah satu cara Jepang adalah kebiasaan menghormat kearah matahari terbit. Hal ini berarti bahwa cara menghormat seperti itu merupakan salah satu tradisi Jepang untuk menghormati kaisarnya yang dianggap keturunan Dewa Matahari.

Kebudayaan itu pun melekat di jiwa pemuda dan murid didikan Jepang karena selama bangsa Jepang menjajah mereka dapat pembelajaran baru, budaya disiplin kerja dalam melakukan aktivitas baik dari segi Pertanian maupun sopan santun dan saling menghargai satu dengan yang lain walaupun Jepang dikenal kejam yang dikenal oleh masyarakat, berbeda dari masa Kolonialisme Belanda mereka hanya di bodoh-bodohi untuk kepentingan Belanda terhadap masyarakat Bengkulu Selatan.

e. Bidang Sosial

Selama masa pendudukan Jepang kehidupan sosial masyarakat sangat memprihatinkan. Penderitaan masyarakat Bengkulu Selatan dimana-mana dan semakin bertambah, karena segala kegiatan masyarakat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Terlebih lagi masyarakat dijadikan romusha (kerja paksa). Sehingga banyak jatuh korban kelaparan dan penyakit.

Adapun sistem kerja paksa yang dilakukan oleh Jepang dalam membangun Benteng/Bungker hanya untuk kepentinggan Jepang semata, pekerjanya masyarakat Bengkulu Selatan termasuk juga Kaur dan Seluma. Mereka dijadikan tenaga kerja tanpa digaji sedikitpun pekerjanya semua Laki-laki bekerja selama 1 bulan lebih anak istripun di tinggal, merekapun membangun pertahanan di Pasar Bawah dan Bungker di belakang Gedung DPRD Bengkulu Selatan.

f. Bidang Militer

Kekuasaan Jepang atas wilayah Indonesia, khusus Bengkulu Selatan memiliki arti penting dalam dunia militer, para pemuda Bengkulu Selatan diberikan pendidikan militer melalui organisasi PETA. Pemuda-pemuda yang tergabung dalam PETA inilah yang nantinya menjadi inti kekuatan dan penggerak perjuangan masyarakat Bengkulu Selatan yang mencapai kemerdekaannya.

Dari bidang militer tentara Jepang membentuk organisasi PETA di Bengkulu Selatan, dari itulah pemberontakan terjadi karena mereka sudah dilatih ketangguhannya mereka dan mendapatkan ilmu baru dalam dunia militer. Dengan adanya itulah terbentuklah pejuang-pejuang tangguh dari pemuda Bengkulu Selatan yang melakukan perlawanan yang hebat dengan nyawa taruhannya demi mempertahankan bumi Sekundang Bengkulu Selatan. Merekapun membentuk organisasi-organisasi lain seperti BKR dan Tentara Hitam.

3. Peninggalan Jepang di Bengkulu Selatan

Pastinya, setiap bekas penjajahan meninggalkan baik itu tulisan, benda, dan cerita. Berikut peninggalan Jepang yang ada di Bengkulu Selatan :

a. Bunker

Salah satu pertahanan Jepang disebut Bunker adalah situs sejarah yang berasal dari buatan Inggris. Bunker Merupakan bukti nyata peninggalan penjajahan Jepang selama 3.5 tahun. Khusus di Kabupaten Bengkulu Selatan, tentara Jepang membangun 20 buah Bungker dan pillbox yang ketebalan dinding dan atapnya, serta dari bunker 1 kebungker yang lainnya terdapat parit penghubung yang ukurnya lebar 1 meter dan kedalamannya 2 meter dengan tujuan agar perpindahan bala tentaraJepang dari Bungker 1 kebungker yang lain tidak diketahui oleh musuh.

Untuk 10 buah Bungker dan pillbox dikelurahan belakang gedung, yang masih dipelihara sebanyak 5 buah sedangkan Bunker-Bungker yang lain sebagian masuk dalam rumah warga serta ada juga sudah jatuh kelaut akibat dari abrasi. Sedangkan untuk Bungker di kelurahan Pasar Bawah, desa Ketaping dan didesa Tanjung Aur memang belum ada petugas/juru peliharaan yang ditunjuk oleh BPCB Jambi, atau pun petunjuk oleh Pemerintah Daerah Bengkulu Selatan, sehingga keadaan Bungker-Bungker tersebut tidak terpelihara dengan baik.

b. Meriam Honisuit

Meriam Honisuit merupakan senjata buatan Inggris. Senjata ini dibawa oleh Jepang saat menjajah Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu.Dan pernah diklaim sebagai salah satu meriam terbesar peninggalan sejarah yang pernah ditemukan di Nusantara, walaupun sulit untuk mencari literature lengkap mengenai keberadaan meriam Honisuit di Bengkulu. Dengan spesifikasi panjang laras sekitar 3,4 meter, bobot meriam mencapai 2,2 ton, dengan caliber 19 sintimeter. Meriam ini dibawa oleh tentara Jepang ke Kota Manna, ibu kota Kabupaten Bengkulu Selatan pada tahun 1942 untuk menjaga pertahanan garis pantai Bengkulu Selatan dari ancaman musuh Jepang saat itu.

Peninggalan sejarah jaman penjajahan jepang tahun 1942, yang terletak di bundaran pusat perkantoran Pemkab Bengkulu Selatan, saat ini di jadikan monumen bersejarah.Meriam peninggalan jaman penjajahan Jepang yang dipasang di atas tugu pada bundaran di pusat perkantoran Padang Panjang.selain dijadikan monumen oleh pemerintah Bengkulu Selatan, juga sering di jadikan  remaja dan kaum dewasa serta wisatawan luar daerah untuk mengabadikan foto pada benda bersejarah tersebut, sebagai tanda kenang-kengan pertanda sudah menginjakan kaki ke Bumi Sekundang Setungguan di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Pada tahun 1942 Meriam Honisuit dibawa tentara Jepang ke Kota Manna melalui daerah Pagar Alam di tempatkan di kelurahan Belakang Gedung DPRD Kabupaten Bengkulu Selatan Untuk Pertahana Pantai Pasukan Jepang. Pada tangal 10 januari 2008, Meriam Honisuit atas kesepakatan Dinas Purbakala Provinsi Jambi dan Pemda Bengkulu Selatan dipindahkan oleh “KODIM 0408/BS” ke Bundaran Jalan Raya Padang Panjang Manna Bengkulu Selataan.

3. Perlawanan Masyarakat Bengkulu Selatan

Tokoh-tokoh pejuang Bengkulu Selatan saat melawan penjajah, sekaligus biografi singkat, inilah nama-nama pejuang di Bengkulu Selatan :

a. H. Zakwan Zanim

H. Zakwan Zanim dilahirkan  dari sepasang  oleh Bapak Zanim dan ibu Sabatia, Beliau asli putra daerah Bengkulu Selatan dilahirkan, Sabtu 20 Januari 1934, Jam 04:45. Dalam buku yang beliau tulis yang berjudul ‘Catatan Sekilas Sebelum Dipanggilnya” sembah buktiku berserta anak cucuku kepada pejuang-pejuang pada tahun 1945 yang telah merebut negara Indonesia dari penjajah Jepang terkhususnya di Bengkulu Selatan.

Beliau merupakan saksi sejarah sewaktu pejuang mengusir penjajah dan melihat langsung kejadian dengan mata dan telinganya. Dalam buku yang beliau tulis terdapat tokoh pejuang Bengkulu Selatan yang disebut Pahlawan tanpa nama dan pangkat dibahu mereka. bahwa perjuangan putra bangsa telah mengusir penjajah begitu kejam, yang dilakukan bangsa Jepang terhadap masyarakat Bengkulu Selatan.

b. H. Hasan Rumbu

Beliau sekarang berumur 95 tahun, H. Hasan Rumbu merupakan pelaku sejarah masa kolonialisme Belanda dan Jepang, ia juga menceritakan kejadian-kejadian masa lampau yang telah ia lalui bersama kawan-kawan melawan penjajah di negara Republik Indonesia terkhusunya di Bengkulu Selatan. Dari awal masuknya dan kejadian-kejadian pada masa Kolonialisme Jepang sampai kembali ke-negaranya masing-masing beliau masih ingat betul, wajahnya terpancar penuh dengan kebangaan karena telah mengusir penjajah dari tanah kelahirannya, walaupun peluru telah membekas di kakinya yang ditembakan oleh tentara Jepang. [2]

Peranan beliau dalam mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia terkhusunya Bengkulu Selatan sebagai pejuang dan saksi mata dalam mempertahankan kekuasaan atas Jepang. Beliau merupakan Tokoh pahlawan dalam melakukan perlawanan masa Kolonialisme Belanda dan Jepang, ia anggota organisasi Putera, Peta, Tentara Hitam dan BKR seluruh kegiatan dalam perlawanan apapun organisasi itu beliau ikut serta dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah di Bengkulu Selatan.

c. H. Asyikin

Beliau merupakan asli putra daerah Bengkulu Selatan, pekerjaannya tukang jahit, mantan Ketua DPRD I Bengkulu yang Pertama.orangnya sangat sederhana dan rendah hati. H. Asyikin semasa hidupnya merupakan Tokoh Pejuang masa Kolonialisme Belanda dan Jepang, beliau juga pernah ditangkap tentara Jepang lalu dibawa kekapal perang ditahan dirumah tahanan Palembang.

Peranan beliau adalah Tokoh Pejuang dan pelaku sejarah  dalam melawan tentara Jepang, beliau terlibat juga dalam organisasi kepemudaan di Bengkulu Selatan. semangatnya tak pernah pudar untuk mempertahankan negara yang ia cintai ini, setelah beliau keluar dari tahanan langsung mencari pasukan kesana-kesini akhirnya beliau berkumpul lagi dengan rombongan H. Hasan Rumbu, Buldani dan kawan-kawan sehingga membentuk organisasi PETA dan Tentara Hitam.

d. H. Buldani

Beliau putra Duayu asli, sekolahnya hanya PMS, TNI (Tentara Negara Indonesia) dan pernah menjabat sebagai Bupati Bengkulu Selatan. Orangnya optimis semua tantangan beliau hadapi. Dimasa Revolusi beliau berjuang dengan “Elang Berantai” (Organisasi) daerah Kepahyang pernah tertembak saat pertempuran. Beliau merupakan kawan akrabnya H. Hasan Rumbu, Asyikin, Herman Haris dan Barula dan pernah membentuk Organisasi Tentara Hitam.

Peranan H. Buldani merupakan Tokoh yang berpengaruh di masa penjajahan Kolonialisme Jepang ia dipercaya sebagai Komandan Pasukan yang di pimpin oleh Herman Haris, selain itu bukan hanya menjadi Tentara Negara Indonesia beliau juga pernah menjabat sebagai Bupati Bengkulu Selatan, Kontribusi beliau dalam mempertahankan “Bumi Sekundang” beliau sangat di kenal oleh masyarakat yang dikenal Ramah dan Baik.

e. Abdul Manaf

Beliau dilahirkan di desa Awat Mata, Kecamatan Semidang Gumay, Kabupaten Kaur. Umurnya sekarang 86 tahun, beliau pernah menjadi murid Jepang, dan sebagai Tokoh Tauladan se-kabupaten Bengkulu Selatan, diberi julukan Tokoh berpengaruh di Bengkulu. yang diberikan penghargaan oleh Presiden RI ke-2 Ir. Soeharto. Beliau sekarang sudah pensiun (PNS). Beliau bercerita panjang lebar tentang Kolonialisme Jepang di Bengkulu Selatan dan Kaur. Kejadian-kejadian peristiwa penting dan nyata yang beliau rasakan dengan semangat luar biasa.[5]

Peranan beliau merupakan Saksi Sejarah perjuangan dan juga sebagai murid didikan Jepang, yang pernah menjadi anggota PETA dan BKR di umur 17 tahun ia bergabung dengan Organisasi kepemudaan. sampai saat ini beliau masih menguasai bahasa Jepang dan masih ingat betul masa kolonialisme Belanda dan Jepang, beliau mahir dalam berbahasa jepang dan sering bernyanyi dengan mengunakan bahasa Jepang.

f. H. Muhamad Jafri (As-Siddik)

H. Muhamad Jafri, sering dipanggil As-Siddik merupakan titisan Sentot Ali Basah yang dilahirkan di Bengkulu, sekarang beliau sudah meninggal dunia. beliau pernah menjabat sebagai Perwira Staf di Kodam Dua Sriwijaya. Waktu daerah Bengkulu menjadi provinsi beliau dipanggil untuk kembali menjabat sebagai Sekwilda yang ke-dua menyusun pegawai tanpa melibatkan keluarga.

Peranan beliau adalah Tokoh Pejuang Bengkulu masa kolonialisme Belanda dan Jepang, yang ikut serta dalam keterlibatan perlawanan di Bengkulu Selatan, beliau merupakan  Ketua Organisasi Peta di seluruh Bengkulu. Ketika Revolusi Empat Lima beliau mengusir Belanda dan Jepang bertempur baik dalam Hutan maupun Kota. 

g. Herman Haris

Beliau putra Duayu asli sekolahnya TNI (Tentara Negara Indonesia). Orangnya optimis semua tantangan beliau hadapi. Dimasa Revolusi beliau berjuang dengan “Tentara Hitam (Organisasi) daerah Bengkulu Selatan pernah tertembak saat pertempuran. Beliau merupakan kawan akrabnya H. Hasan Rumbu, Asyikin, dan Barula dan pernah membentuk Organisasi Tentara Hitam.[6]

Peranan H. Buldani merupakan Tokoh yang berpengaruh di masa penjajahan Kolonialisme Jepang ia dipercaya sebagai Komandan Pasukan ketua organisasi (Tentara Hitam), dengan pasukan yang tangguh, Kontribusi beliau dalam mempertahankan “Bumi Sekundang” dalam memperjuangkan tanah yang beliau cintai yaitu Bengkulu Selatan, beliau sangat di kenal oleh masyarakat yang dikenal ramah dan baik.

4. Bentuk Bentuk Perlawanan Masyarakat Bengkulu Selatan

Rakyat Bengkulu Selatan yang miskin harta dan ilmu akibat sistem penjajahan yang dialami berad-adab lamanya, disengsarakan pula hidupnya secara drastis oleh penjajah Jepang, kiranya tak akan mampu untuk bersikap dan bertindak melawan pemerintah militer Jepang  yang terlatih serta lengkap persenjataan, Namun Tuhan Maha kuasa dan Maha adil. Tuhan akan menegakkan  mana yang benar dan mana yang salah. Yang adil dan meruntuhkan yang batil.

Dalam keadaan pengawasan dan penjagaan yang ketat oleh tentara Jepang, masyarakat Bengkulu Selatan diberi akal yang luas, dibuka jalan perjuangan untuk membangkitkan semangat kaum pemuda, untuk menyadarkan masyarakat untuk mengajak kaum cerdik pandai, pemimpin-pemimpin masyarakat yang senasib seperjuangan, gunabersama-sama mengunakan cara kesempatan dan peluang untuk melawan sistem penjajahan Jepang di Bengkulu Selatan itu. Berbagai bentuk perlawanan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Pembela Tanah Air (PETA)

Peta merupakan salah satu organisasi militer yang dibentuk oleh Jepang. Peta di Bengkulu Selatan sama seperti daerah lainnya, yaitu organisasi militer. Karena itu, para anggota Peta juga mendapatkan latihan kemiliteran. 

Mula-mula yang ditugasi untuk melatih anggota Peta adalah seksi khusus dari bagian intelijen yang disebut  Tokubetsu Han. tanggal 3 Oktober 1943 secara resmi berdirilah Peta. Berdirinya Peta ini  berdasarkan peraturan dari pemerintah Jepang yang disebut Osamu Seinendan, nomor 44. Berdirinya Peta ternyata mendapat sambutan hangat di kalangan pemuda Bengkulu Selatan. Banyak di antara para pemuda yang tergabung dalam Seinendan mendaftarkan diri menjadi anggota Peta. Anggota Peta yang bergabung berasal dari berbagai golongan di dalam masyarakat. Tentara Peta hidup dalam kamp kamp militer yang di bentuk oleh Jepang. Kehidupan tentara Peta dijamin oleh Jepang.

Organisasi Peta di  Bengkulu Selatan yang dipimpin oleh H. Hosien dan Rahim Damrah sebagai komandan tempur. Terdapat beberapa nama pasukan pejuang ikut serta dalam membentuk kemerdekaan yaitu: Junusi, Hasan Utsman, Syahjohan, Yusiran, Bachmada, Ubadi, Maskasa, Jafri Zulkan dan Majid Mila. M Thala, Sabki Sammin, Hamid Marasin Kastalani, Sidik Rabian, Dintaya, Achyar Malik, Murman, Syamsudin, Buldani, Suyati, Zain Harun dan Yung Jeria. Pada saat itu semuanya bersatu padu tidak ada pangkat dibahu hanya tujuan dan tekad bersatu Tanah air dibela walaupun nyawa taruhannya. Pada tahun 1945 merupakan sejarah besar bagi masyarakat Bengkulu Selatan, juga dusun Pasar Bawah. karena tahun 1945 Indonesia merdeka. Maka berkumpullah pejuang Peta menyusun tentara suka rela untuk mempertahankan Negara walaupun nyawa taruhannya.  

b. Organisasi Tentara Hitam

Tentara Hitam merupakan organisasi yang didirikan oleh pemuda masyarakat Bengkulu Selatan berbeda dari daerah yang lain. Pemimpin organisasi ini adalah H. Herman Haris, beliau mendirikan organisasi ini tujuannya membentuk tentara suka rela dalam bentuk melakukan perlawanan terhadap Jepang.

Herman Haris dengan membawa pasukan pejuang yang gagah, kuat, perkasa, pantang menyerah dengan tokoh-tokoh yang sangat luar biasa yaitu, Buldani, Asyikin, Barula, H. Hasan Rumbu dan Abdul Manaf dari Kaur. Walaupun mereka ber-6 melawan tentara Jepang. Tanpa bantuan sedikit pun bantuan dari masyarakat umum dikarnakan rakyat semua takut akan melawan kekejaman Jepang mereka tidak gentar. Mereka memberikan perlawanan dengan merampas senjata Jepang baik Samurai dan senjata. walapun mereka dapatkan cuma satu dari hasil rampasan tersebut dengan diiringgi bambu runcin dan senjata utama mereka Meriam Kecepek.

Terjadinya perlawanan terhadap Jepang selama 1 Bulan di Desa Pasar Bawah, karena mereka tidak tahan lagi dengan kekejam Jepang yang dirasakan oleh masyarakat Bengkulu Selatan. Karena hasil Bumi yang dihasilkan oleh masyarakat Bengkulu Selatan dirampas semua, banyak masyarakat busung lapar dengan hanya makan ubi isi sedangkan hasil jerih payah mereka bertani semua di rampas oleh Jepang. Bukan hanya itu mereka mengincar anak gadis yang di jadikan sebagai selir hati mereka.

c. Badan Keamanan Rakyat (BKR)

BKR merupakan bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang semula bernama Badan Pembantu Prajurit dan kemudian menjadi Badan Pembantu Pembelaan (BPP). BPP sudah ada dalam zaman Jepang dan bertugas memelihara kesejahteraan anggota-anggota tentara Pembela Tanah Air (PETA) dan Heiho. Pada tanggal 18 Agustus1945 Jepang membubarkan PETA dan Heiho. Tugas untuk menampung bekas anggota PETA dan Heiho ditangani oleh BPKKP. Pembentukan BKR merupakan perubahan dari hasil sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 yang telah memutuskan untuk membentuk tentara kebangsaan.

Pembentukan BKR diumumkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 23 Agustus1945. Dalam pidatonya Presiden Soekarno mengajak pemuda-pemuda bekas PETA, Heiho, Kaigun Heiho, dan pemuda-pemuda lainnya untuk sementara waktu bekerja dalam bentuk BKR dan bersiap-siap untuk dipanggil menjadi prajurit tentara kebangsaan jika telah datang saatnya. Karena pada saat itu komunikasi masih sulit, tidak semua daerah di Indonesia mendengar Pidato Presiden Soekarno tersebut. Mayoritas daerah yang mendengar itu adalah Pulau Jawa. Sementara tidak semua Pulau Sumatera mendengar. Sumatera bagian timur dan Aceh tidak mendengarnya.

Walaupun tidak mendengar pemuda-pemuda di berbagai daerah Sumatera membentuk organisasi-organisasi yang kelak menjadi inti dari pembentukan tentara. Pemuda Aceh mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API), di Palembang terbentuk BKR, tetapi dengan nama yang lain yaitu Penjaga Keamanan Rakyat (PKR) atau Badan Penjaga Keamanan Rakyat.

Badan Keamanan Rakyat merupakan organisasi yang didirikan oleh pemuda masyarakat Bengkulu Selatan berbeda dari daerah yang lain. Pemimpin organisasi ini adalah Raden, H. Muhamad Jafri (As-Siddik), beliau mendirikan organisasi ini tujuannya hampir sama dengan darah lain, membentuk tentara suka rela dalam bentuk melakukan perlawanan terhadap Jepang di Bengkulu Selatan.

  1.  Melawan Secara diam-diam

Pengawasan dan penjagaan oleh militer Jepang terhadap setiap kegaiatan penduduk sangat hebat dan teliti sekali.  Peranan “Kempetai” (Polisi Militer) sebagai usaha menakut-nakuti dan memberi sangsi hukuman yang tegas dan kejam kepada rakyat, dapat diakui. Tetapi semangat bara api rakyat yang tak kunjung padam selalu ingin mengalir dengan derasnya ingin menghancurkan segala hambatan dan rintangan walau bendungan raksasa sekali pun dan ia ingin segera sampai muara, kelautan bebas.  Begitupun rakyat Bengkulu Selatan uang dianggap kecil dan kerdil itu. Berapa banyak barang yang dipercayakan untuk kepentingan Jepang, digelapkan, diselewengkan, dicuri dan “Smokel”.demi untuk ketahanan dan perjuangan rakyat itu sendiri maupun bersama-sama untuk mengatasi.

Beras yang hilang di pasaran, tidak merupakan permasalahan yang besar. Kebiasaan memakan nasi digantinya dengan jagung, Jagung dan jenis ubi-ubian. Pakaian hanya seedar penutup badan, yang sulit dicari dipasaran, digantikan dengan jenis kulit kayu, atau kulit binatang. Keadaan kepapaan ini malahan mempertebal rasa benci dan dendamnya terhadap pemerintah militer Jepang yang kejam itu. Tindakan berdiri atas kaki sendiri di bidang ekonomi mendapat realisasi atau kenyataan. Hal ini terbuti dari kebiasaan penduduk membuat benang dari parutan nanas, membuat sabun dari campuran abu dapur, menggantikan minyak tanah penerang dengan karet, membuat garam dari air laut, serta membiasakan hidup secara sederhana.

Siswa atau murid sekolah diajarkan membungkukkan badan menghadap matahari terbit setiap pagi sebagai lambang akan dewa leluhur mereka, tidak seluruhnya mematuhi. Para pemuda yang dipaksakan untuk menjadi Heiho atau Kyugun, apalagi untuk jadi romusha (BPP) tidak kurang akal untuk menghindarinya. Mareka bersembunyi, atau berpura- pura sakit, sehingga terhindar dari panggilan Jepang itu. Peranan gurupun tak mudah dilupakan. Mereka mengajar dengan sungguh-sungguh, seraya menggembleng  putera- puteranya agar menjadi manusia Indonesia yang bertanggung jawab. Sementara itu di bidang Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di masjid dan di langgar- langgar, secara tak langsung diajarkan tentang nulai- nilai keagamaan tinggi yang menjunjung tinggi harkat kemanusiaan, tentang perjuangan menegakkan keadilan dan kebenaran. Gadis- gadis desa yang menginjak remaja segera dikawinkan agar tidak dapat dipergauli tentara- tentara Jepang. Dilarangnya penyebaran kebudayaan barat, dan dianjurkan pemakaian Bahasa Indonesia sebagai pengganti bahasa Belanda, memberi peluang untu meningkatkan semangat persatuan dan semangat juang. Selain itu secara diam- diam pula diantara penduduk Bengkulu Selatan yang memiliki pesawat radio, membuat sendiri atau gelombang dari negara lain yang dimusuhi oleh Jepang secara tersamar. Hampir segala lapangan hidup dimanfaatkan secara diam- diam untuk memukul kebijaksanaan dan sistem pemerintah militer Japang di Bengkulu Selatan.

  1. Menggunakan hasil dari pendidikan Jepang untuk melawan Jepang

Dalam menghadapi tentara sekutu, Jepang sangat memerlukan bala bantuan antara lain berbentuk tenaga- tenaga manusia yang cakap dan terampil serta penuh disiplin. termasuk juga di Bengkulu Selatan, Jepang memanggil para pemuda untuk menjadi militer dan semi militer, yang didik menjadi temaga teknik yang terampil. Kesempatan seperti ini segera dipenuhi oleh pemuda- pemuda kita. Sebagian mereka ada yang dididik di Bengkulu, ada yang dididik di Lahat, Kepahiyang, bahkan ada pula yang dididik di Singapura. Dari hasil pendidikan Jepang ini maka lahirlah putera- puteri bangsa Indonesia yang terampil. Mereka inilah yang nanti pada gilirannnya mampu menggembleng rakyat untuk merebut senjata dari tangan Jepang, guna mempertahankan kemerdekaan yang sudah diproklamasikan itu.

Dari golongan bangsa Indonesia yang cerdik pandai, berhasil pula membina putera- puteri sehingga menjadi bangsa Indonesia yang benar benar bertanggung jawab akan tanah air dan rakyatnya. Semua ini dilakukannya dengan kesadaran, setelah memperjuangkan masa-masa bahwa sistem penjajahan militer Jepang tiga setengah tahun itu, tidak memungkinkan sama sekali akan membawa kehidupan rakyat yang bebas dan merdeka di Bengkulu Selatan.

Penulis : Eko Ririn Sabirin, S. Hum


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *