Bengkulu, jurnalisbengkulu.com – Maman, begitu sapaan akrab Karmandi Hartono, seorang warga Sawah Lebar, Kota Bengkulu yang mengingat kembali peristiwa penuh haru tiga tahun lalu. Meski kini kehidupan keluarganya berjalan normal, namun kenangan pahit itu tetap membekas kuat di benaknya.
Saat itu, ia tengah berusaha menyelamatkan nyawa dua orang terkasih dalam hidupnya—istrinya yang sedang hamil tua dan janin yang siap dilahirkan. Namun siapa sangka, usahanya justru menemui kenyataan pahit yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kala itu, malam masih pekat. Istrinya, Dina Maryana, mulai merasakan tanda-tanda melahirkan. Maman yang tak ingin mengambil risiko langsung memutuskan membawa sang istri ke Rumah Sakit Harapan dan Doa (RSHD) Kota Bengkulu.
Harapannya, rumah sakit ini bisa menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi proses kelahiran buah hati mereka. Namun kenyataan berbicara lain, setibanya di sana, Maman dan istrinya menghadapi penolakan yang menusuk hati.
Rumah sakit yang seharusnya menjadi tempat perlindungan dan pertolongan justru menolak untuk memberikan layanan, tanpa penjelasan yang memadai.
Merasa terpojok dan kecewa, Maman akhirnya membawa kembali Dina ke rumah, meskipun rasa cemas melandanya sepanjang perjalanan.
Namun, takdir berkata lain. Dini hari itu, sebelum sempat mencapai rumah, Dina tak lagi mampu menahan rasa sakit dan desakan melahirkan. Di bawah langit dini hari yang sunyi, di pinggir jalan yang lengang, Dina melahirkan anak mereka, dengan Maman sebagai satu-satunya saksi dan pengawal di momen genting tersebut.
Di tengah keterbatasan dan kondisi yang tidak layak, lahirlah Raudatul Jannah, putri kecil yang kini menjadi kebanggaan mereka.
Tanggal 1 November 2021 menjadi saksi kelahiran Raudatul, yang hingga kini tumbuh sehat dan ceria. Kini, usia Raudatul telah memasuki tiga tahun. Melihat pertumbuhan putrinya, Maman dan Dina tak henti-hentinya mengucap syukur.
Meski awal kelahiran Raudatul diselimuti kepiluan, kehadiran dan kesehatannya membawa kebahagiaan yang mendalam bagi keluarga kecil ini.
Kejadian tiga tahun lalu menjadi pengingat pahit akan kerapuhan sistem pelayanan yang mereka andalkan.
Namun, bagi Maman, peristiwa itu telah ia tutup dengan lapang hati. Rasa syukur dan kasih sayang pada keluarganya melebihi segala kepedihan yang pernah ia alami.
Raudatul Jannah, dengan senyum cerianya yang polos, adalah alasan bagi Maman dan Dina untuk terus bertahan dan melangkah ke depan, meski masa lalu mereka dihiasi oleh sebuah kisah memilukan yang tak pernah ingin terulang kembali.(Nasti/mcpk)